Malem itu hujan rintik, lampu restoran agak temaram, dan aku duduk di pojok sambil menyeruput kopi. Rasanya pas untuk curhat — bukan cuma soal hati, tapi juga soal makanan. Restoran barat yang kutuju punya aura nyaman; musik jazz tipis-tipis, pelayan ramah, dan aroma mentega panggang yang menggoda. Kalau kamu pernah ke tempat yang bikin ingin lama-lama di kursi, ini dia ceritanya.
Review singkat: suasana, pelayanan, dan yang paling penting — rasa
Suasana: cozy. Pelayan: cekatan tanpa sok akrab. Menu: klasik barat dengan sedikit sentuhan modern. Aku pesan chicken parmigiana, teman sebelah pesan ribeye medium-rare, dan kami berbagi side dish—truffle mashed potato yang entah kenapa nyaman banget di lidah. Di restoran seperti ini, yang bikin betah bukan cuma makanan enak, tapi juga detail kecil: roti hangat yang diberi herbed butter, dan piring yang gak heboh desainnya. Sederhana namun sopan.
Rasa? Mantap. Chicken parm-nya garing di luar, juicy di dalam, saus tomatnya nggak manis berlebihan, dan keju mozzarella-nya nge-stretch seperti yang kita pengenin. Ribeye-nya punya garis bakar yang cantik, lemaknya meleleh pas digigit — itu momen bahagia. Buat pencinta daging, ini jawaban buat craving berat malem hari.
Resep rahasia ala restoran (versi rumahan, jangan bilang-bilang ya)
Nah, sekarang bagian yang aku suka: coba recreate di rumah. Tentu bukan resep asli dari dapur restoran (kecuali mereka ngasih), tapi adaptasi yang gampang dan mendekati. Ini resep chicken parmigiana versi sederhana tapi berjiwa restoran:
Bahan:
– 2 dada ayam fillet, pipihkan
– Garam, lada, paprika bubuk secukupnya
– Tepung terigu, 1 telur kocok, dan remah roti (panko kalau ada)
– Minyak untuk menggoreng
– Saus tomat kental (passata) 200 ml, bawang putih 1 siung cincang, oregano kering
– Keju mozzarella, parut parmesan secukupnya
Langkah singkat:
1. Bumbui ayam dengan garam, lada, paprika. Balur ke tepung-terigu, celup telur, lalu ke remah roti. Goreng sampai kecokelatan. Tenang, kita panggang lagi nanti jadi jangan keringkan terlalu lama.
2. Saus: tumis bawang putih, masukkan passata, oregano, sedikit gula dan garam. Masak pelan sampai mengental.
3. Tata ayam di loyang, tuang saus tomat di atasnya, taburi mozzarella + parmesan. Panggang di oven 180°C sampai keju meleleh dan sedikit kecokelatan. Sajikan dengan salad atau mashed potato.
Tips kecil: pakai panko buat lapisan lebih renyah, dan jangan goreng ayam sampai matang total karena nanti bakal panggang lagi — kita mau juicy di dalam.
Ceritanya sedikit nyeleneh: mengapa truffle mashed bisa bikin hubungan awet?
Oke ini lebay, tapi percaya atau tidak, mashed potato dengan sedikit truffle oil bisa jadi jurus ampuh biar obrolan makin hangat. Bukan karena truffle itu romantis, tapi karena teksturnya yang creamy dan wangi yang subtle bisa menurunkan level drama. Kalau pasangan lagi bete, kasih sendok mashed, minta icip. Biasanya langsung mlem.
Kalau mau versi rumahan: rebus kentang sampai empuk, haluskan dengan butter dan susu panas, tambahkan garam, lada, dan 1-2 tetes truffle oil — jangan lebih, nanti over-powering. Kalau nggak ada truffle oil, tumis sedikit jamur kancing dengan butter lalu masukkan ke mashed; juga sedap.
Satu hal yang kusuka dari restoran barat adalah kemampuan mereka menyederhanakan: bahan-bahan umum diberi perlakuan cinta, hasilnya luar biasa. Kadang kita terlalu mikir rumit, padahal teknik sederhana — panggang, panggang lagi, atau kasih garam yang pas — sudah cukup membuat makanan berbicara.
Akhir kata, kalau kamu cari tempat buat curhat malem sambil makan, cobain deh tempat-tempat yang punya atmosfir hangat. Kalau kebetulan mau lihat satu contoh restoran yang kece, pernah mampir juga ke carmelsgrill dan suka dengan konsepnya. Intinya, makan itu bukan sekadar perut kenyang. Makan itu koleksi memori — dan tiap gigitan bisa jadi cerita yang layak diulang.
Kalau ada yang mau aku coba recreate lagi — steak, burger, atau pasta carbonara versi restoran — bilang aja. Siap berbagi resep rahasia (yang aman) dan curhatan makan malam lainnya. Sampai ketemu di meja berikutnya. Cheers!